Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya….."tukang pijet dimana ya?”
Aku bukan travel blogger, juga bukan traveller (yaiyalah ke
Salatiga aja nyasar sampe Ungaran). Alasan kenapa aku suka jadi travel guide
adalah karena aku suka bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang, apalagi
kalo orangnya ganteng, pake kaca mata, agak sipit. cocok! Sesederhana aku suka lihat
anak-anak muda berinteraksi di KRL, becandaan gak penting, tertawa bersama seperti sudah kenal lama. So much
fun. Aku lebih suka melabeli diri sendiri sebagai “your personal travel guide”
ketimbang “traveler”.
Pengalaman ter-epic adalah saat jadi guide untuk kunjungan 71 mahasiswa dari Universitas swasta ke Bangkok-Pattaya. Aku bersama sahabatku Kevin, cowok yang memang berpengalaman soal
jalan-jalan (kisahku kenal dia juga gak kalah epic, akan aku ceritakan di blog
berikutnya). Selama 7 hari banyak
kejadian gila, “Gila” di sini bukan majas hiperbola tapi literally aku
hampir gilaaaaaa. Aku coba rangkum dalam beberapa poin.
1. Dari pesawat keberangkatan udah ada 1 orang ketinggalan, pas dia kasih alasan bukannya kasian malah pingin nangis di pojokan.
Rute kami saat itu Solo-Kuala Lumpur-Bangkok, ada 1 kali
transit di KL. Dalam jumlah 71 orang (tambah 2 guide jadi 73 orang), nggak
memungkinkan untuk penerbangan KL-Bangkok dalam 1 pesawat, maka kita bagi jadi 3
flight. 20 orang flight pertama (bersama aku), satu jam kemudian 20 orang
flight ke-2, dan satu jam berikutnya 33 orang flight ke-3 bersama Kevin.
Rombonganku aman, hampir ketinggalan sih tapi masih aman.
Rombongan ke-3 bersama Kevin jelas aman. Rombongan ke-2, yang lain sih aman,
tapiii….
Kevin ketemu sesorang di depan toilet dekat boarding room,
sebut saja si X
Kevin : X kok nggak masuk?
Si X : Iya kak, lagi nunggu temenku BAB nih
Kevin : oke, buruan yaa kan bentar lagi take off
Si X : siap kak
Kemudian sang teman yang BAB (sebut saja Y) sampai Bangkok
dengan aman, sementara si X, sang sahabat setia yang menunggu di depan pintu
toilet malah ketinggalan. Ternyata larinya si X tidak secepat temannya (si Y),
alhasil sang teman (si Y) sampai tujuan, (si X) masih lari-larian.
Kuis : Berapa kecepatan lari X jika dikurangi lama waktu Y
membuang hajat dibagi jarak tempuh dari toilet ke boarding room? (Essay, bobot
soal 25)
Untungnya dia cukup inisiatif buat beli tiket baru
penerbangan berikutnya, dan saat ditelpon dia bilang “kak, aku ketinggalan
pesawat jangan tanya alasannya kenapa, yang penting aku udah beli tiket baru”.
Oke aku nggak tanya.
2. Sempat takut karena mayoritas peserta tour adalah orang-orang Timur, tapi justru mereka lah yang membuatku banyak bersyukur.
Wat Arun
Pertama lihat peserta-pesertanya takutnya luar biasa, mengingat diriku yang manja kemana-mana di Bangkok bawa payung pink bunga-bunga. Tapi setelah kenal mereka sungguh istimewa. Alih-alih complain dengan fasilitas
tour, mereka justru cerita pengalaman mereka hidup di wilayah Indonesia Timur. “Murah ya kakak di sini 6 juta sudah pesawat dan hidup, saya
di Papua 6 juta baru tiket pulang saja dari Jogja”.
Tak jarang mereka menawarkan bantuan “Kakak sini saya bantu bagikan, biar saya seperti magang
sekalian yah” kata salah satu peserta yang selalu menawarkan bantuan saat
membagikan kotak makan. Bukan itu saja, tak
jarang mereka membatu kami mengkoordinir temannya sambil bilang “kasian ini
kakak ini tolong didengarkan”
Hal yang paling berkesan dari pengalaman tour ini adalah aku
akhirnya paham bahwa nggak semua orang-orang Timur seperti apa yang diberitakan.
Mereka bisa jadi sangat baik dan menyenangkan, hanya terkadang kita aja yang
terlalu takut dan melebih-lebihkan.
How I miss them
3. ……tapi itu tidak berlaku di Pattaya, kali ini mereka membuatku benar-benar gila
Pattaya Walking Street
Buatmu yang suka nonton drama Thailand pasti nggak asing
dengan Pattaya Walking Street. Jalan sepanjang 1,5 km ini kamu akan menemukan bar dengan penari-penari striptis,
harga minuman yang dijajakan pun jauh lebih murah dari kebanyakan (katanya).
Nggak heran kalo Pattaya Walking Street jadi idaman wisatawan. Nah, mereka yang
merupakan anak-anak muda dengan keingintahuan tingkat dewa ditambah memang
nggak dilarang untuk minum-minuman beralkohol tentu saja dengan semangat 45
berbondong-bondong ke sana.
Aku? Boro-boro ikut, malah nyari Thai Massage
karena badan pegel semua (itulah kenapa aku nggak bisa disebut sebagai
traveller).
Jam 1 pagi sebagian peserta balik ke hotel, aman. Jam
2 pagi sisanya juga balik hotel, aman. Nah bagian yang nggak aman adalah ada
anak yang inisiatif nyusulin temennya yang nggak balik-balik (sungguh mulia
kamu nak). Jam 4 pagi sang teman yang disusulin akhirnya balik juga, nah yang
nyusul? Jangan tanya dimana, dia malah nyangkut di sana. Dari mereka aku sadar
bahwa konsep 'teman dan tunggu-tungguan' memang harus direvisi sejak dini.
“Kakak, lain kali kalau kita tour lagi 7 hari saja di
Pattaya, biar puas”
“Iya kakak, 7 hari-7 harinya di Pattaya walking street saja, nggak usah
kemana-mana”
“hahahhaa iyaa, semalem belum puas ya?” aku mencoba menanggapi, padahal dalam
hati “ape lu kate, sehari aje aku begini, 7 hari bisa tipes kali AH”
4. Hari terakhir selalu jadi yang paling berkesan, pengalaman bersama mereka sungguh tak terlupakan.
Nongnooch Garden, Pattaya
Terlepas dari tragedi ketinggalan pesawat saat berangkat, tragedi mabuk di Pattaya, tragedi jatuhnya passport saat foto di Nong nooch Garden (akibat foto di atas), tragedi passport basah karena terkena sisa mabuk sampe tertahan di imigrasi KL, tapi mereka tetap menyisakan kesan mendalam. Kalo aku kembali ke Thailand pasti mereka yang akan muncul dalam ingatan.
Selalu teringat saat aku nungguin Kevin dan si-anak-yang-passportnya-basah di depan imigrasi KL jam 2 pagi dengan super ngantuknya, beberapa anak yang secara bergantian menemaniku.
“kakak ngantuk banget, tidur dulu aja, biar aku
yang gantian nungguin”
“kak mau dibeliin makan
apa?”
Anak lainnya datang membawakanku kopi.
Dari sana aku sadar bahwa ini
bukan hanya pekerjaan tapi juga pembelajaran kehidupan. Dalam kondisi apapun,
selalu ada orang-orang baik yang dikirimkan Tuhan. Yes, they are.
"Hai adek-adek semoga kita bisa ketemu lagi ya, hanya 1 pesan kakak please jangan tunggu-tungguan. hahahha see you when I see you ya (kalo kalian nggak kapok)"
Setiap perjalanan pasti meyisakan kesan mendalam dan kenangan yang begitu sayang untuk dilupakan.
Sekian
0 komentar:
Posting Komentar